This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 29 Maret 2011

Kesempurnaan Cinta Seorang Wanita

Hari Ahad pagi. Lelaki itu sendirian di rumahnya. Istrinya tadi ijin untuk mengisi ta’lim rutin pekanan. Ia pergi dengan membawa kedua putra angkat mereka. Lelaki itu tadi sudah menawarkan untuk mengantarkannya seperti biasa. Tapi istrinya menolak karena mungkin agendanya kali ini cukup lama. Apalagi lelaki itu harus mengisi ta’lim pukul 10 pagi ini, jadi wanita itu tidak mau jika suaminya sampai terlambat datang nanti.

Lelaki itu baru saja selesai dhuha dan memurajaah hafalannya. Masih ada waktu satu jam sebelum ia pergi ke ta’lim yang tempatnya tak begitu jauh dari tempat tinggalnya. Tiba-tiba lintasan mimpinya semalam berkelebat di ruang pikirnya. Ah, kenapa tiba-tiba ia memimpikan perempuan itu lagi? Dan petikan memori tentang sebuah mozaik kelabu dalam perjalanan hidupnya pun membuka dengan terang pagi itu. Dan tanpa sadar ia mulai menapaktilas atsar-atsarnya yang digoreskan sang waktu dalam episode bernama masa lalu.

Tsabita..
Perempuan cinta pertama dan pada pandangan pertama baginya. Mereka dipertemukan dalam kelompok yang sama pada masa OSPEK kampus. Lelaki itu merasa ada yang lain dalam getar jiwanya terhadap perempuan itu dalam tatap pertama. Rasa yang belum pernah ia rasai sebelumnya. Maka sejak tatap itu, lelaki yang senantiasa menjaga pandangannya itu, lebih memilih menghindar darinya. Menyedikitkan interaksi, kecuali benar-benar terpaksa. Agar rasa itu segera beralih rupa. Agar menguap hilang tak menyisakan bekas dalam putihnya jiwa. Tapi dia gagal. Wajah itu telah terlukis sempurna dalam dinding hatinya. Yang ia tak tau, bagaimana bisa?
Sejuta cara telah ia upayakan untuk menghapusnya. Namun sampai ia kelelahan dan putus asa, rasa itu tetap berada di sana. Di palung terdalam samudera hatinya. Maka kemudian dia memilih untuk membiarkannya. Berharap seiring berjalannya hari, rasa itu akan menghapus dirinya sendiri.
Namun tak selamanya ia bisa menghindar. Sepanjang masa 4 tahun perkuliahan, mereka kadang dipertemukan dalam satu kepanitiaan. Lelaki itu sering memilih mengundurkan diri dari kepanitiaan yang nama perempuan itu tertera di sana juga. Namun terkadang, dia tidak bisa menolak amanah yang telah dipercayakan kepadanya oleh ‘dewan pertimbangan agung’ kampusnya. Dan demi kemaslahatan bagi umat yang lebih banyak, dia harus menekan ego dirinya. Berusaha menjadi seorang jundiyah muthi-ah. Sami’na wa athna.
Empat tahun pun berlalu. Ijazah kelulusan sudah ia terima. Dan rasa itu masih mengendap di dalam sukmanya. Bahkan semakin dalam. Sedang dia tidak tau apakah perempuan itu memiliki rasa yang sama padanya. Setelah meminta pertimbangan dari orang-orang yang ia anggap lebih bijaksana, maka ia memberanikan diri menyampaikan maksud kepada perempuan tersebut untuk meminangnya. Melalui perantara tentu saja. Dan tanpa diduga, perempuan itu memberi jawab iya. Perempuan itu ternyata juga mempunyai getar jiwa yang sama terhadapnya. Kebahagiaan melimpahruah dalam dada lelaki itu. Jiwanya terbang, mengepak ringan bersama awan-awan. Dan tiba-tiba saja dunia menjadi begitu hidup dalam pandang matanya. Bergairah. Penuh semangat. Berwarna. Berpendar. Bercahaya. Subhanalloh indahnya..
Maka lelaki itu pun meminta sedikit waktu untuk mempersiapkan segala sesuatunya, sebelum dia datang secara resmi kepada orang tua perempuan itu untuk mengkhitbahnya. Dan di masa jeda itu mereka tetap konsisten untuk tidak melakukan interaksi kecuali lewat perantara.
Dua bulan berlalu. Lelaki itu telah siap datang kepada keluarga perempuan. Bahkan tanpa sepengetahuan perempuan itu, dia telah menyiapkan mahar yang akan dia berikan. Cincin, seperangkat alat shalat, satu set kitab tafsir, dan satu set kitab hadist. Kemudian dia mengirimkan pesan kepada perantaranya agar ditanyakan kepada perempuan itu kapan keluarganya siap menerima kedatangannya. Tapi perantara itu tak memberi jawaban.
Sehari. Dua hari. Tiga hari berlalu.
Lelaki itupun merasa ada sesuatu yang aneh dan tidak biasa di sini. Merasa tidak bisa menunggu lebih lama lagi dalam ketidakpastian asa, lelaki itupun menghubungi sang perantara. Namun jawab perantara jauh di luar dugaannya.
“Maaf akhiy shalih, sebaiknya proses ini dicukupkan sampai tahap ini saja. Semoga antum mendapatkan seorang wanita yang jauh lebih baik dari beliaunya. Karena beliau akan segera menggenapkan agamanya.” Telepon ditutup tanpa ada penjelasan lebih lanjut. Laki-laki itu diam mematung. Tubuhnya membeku. Dia tidak mampu mencerna kata yang baru saja diucap sang perantara. Kata itu begitu asing di telinganya. Seperti diucapkan dengan bahasa negeri antah berantah tak bernama. Sedang dalam mimpikah ia? Salah dengarkah? Atau perantara itu sedang ingin bercanda?
Maka dia hubungi lagi perantaranya. Tidak diangkat. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Biasanya dia akan berhenti pada kali ketiga. Tapi tidak untuk saat ini. Namun dia harus menelan kekecewaan, karena telpon diseberang telah dinon aktifkan. Ia pun bersegera menghubungi perempuan itu. Hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Namun di titik ini, maka kepada siapa lagi dia harus meminta jawaban yang terang atas semua tanya yang menggumpal di jiwa? Tidak ada jawaban juga. Sekali. Dua kali. Dan baru pada kali ketiga, terdengarlah salam lirih dari seberang sana.
“Assalaamu’alaykum..” Suara perempuan itu lirih bergetar
“Wa’alaykumussalaam warohmatulloh.. Ukhtiy, ana mohon penjelasan anti tentang apa yang terjadi. Ana sama sekali tidak mengerti. Benar-benar tidak mengerti..”
“Afwan..” suara itu mulai terisak. Tak ada kata lain lagi. Hanya isakan yang semakin keras terdengar.
“Ukh, untuk saat ini sepertinya kata itu bukan kata yang tepat untuk diucapkan. Ana mohon beri ana penjelasan atas semua keputusan yang sama sekali tidak ana prediksikan..” Lelaki itu mulai terbawa emosi
Tak ada jawaban. Suara tangis yang begitu perih masih terdengar di ruang pendengaran si lelaki.
“Ukh.. ana mohon” Lelaki itu kehabisan kata. Terdiam lama.
Tangis perempuan itu semakin menggugu. Tapi kemudian terdengar juga suaranya. Bergetar. Timbul – tenggelam diantara isakan. “Ana juga mohon, tolong jangan tanya mengapa.. Ana hanya ingin membahagiakan orang tua ana. Ana hanya ingin menunjukkan bakti ana. Dan ana harap antum menerimanya dengan kelapangan jiwa…” Sampai disitu telpon mati. Di saat gugu perempuan itu berada di titik yang tertinggi.
Lelaki itu tidak mencoba menghubungi perempuan itu lagi. Karena marahkah? Sepertinya bukan. Tapi hanya karena ia tidak mau mengalirkan embun jiwa yang lebih banyak dari mata perempuan yang sangat ia kasihi. Hanya itu. Ya, hanya itu.

Akhirnya lelaki itu hanya diam. Tidak tau apa yang dia rasakan sekarang. Marah, kecewa, sedih, merasa dikhianati, iba. Semuanya campur aduk berjejalan dalam jiwanya. Dia merasa menjadi lelaki yang paling dungu di dunia. Selama dua bulan ini dia mati-matian menyiapkan segala sesuatunya agar bisa bersegera menyempurnakan separuh agamanya. Agar bisa bersegera bersanding halal penuh kesakinahan dengan perempuan yang mengisi hatinya saat tidur maupun jaganya. Dan di saat yang sama, perempuan itu justru sedang berproses dan menerima pinangan lelaki lain. Tanpa sepengetahuannya. Tanpa memberitahunya. Sungguh, ia tidak pernah merasai sakit yang sesakit saat itu. Serasa semua syaraf di tubuhnya dicerabut secara paksa. Serasa dirinya dijatuhkan dari langit tempat bintang bergantung hingga ke bumi pada inti terdalamnya. Hancur. Remuk. Lebur. Namun tanpa air mata.
Lelaki itu ingin menangis, tapi tidak bisa. Airmata telah menguap dari kantung matanya. Beralih rupa menjadi mendung yang bergumpal-gumpal, yang kemudian membanjir dan membadai di hatinya. Akhirnya dia hanya mematung. Sejenak dia merasai waktu berhenti berdetak. Menyisakan sepi yang teramat dalam menusuk hingga ke kedalaman jiwanya. Menelan semua rasa sakit yang ada. Kosong. Hampa. Tanpa rasa.
Seminggu kemudian undangan pernikahan berwarna biru langit ia dapatkan. Nama perempuan itu tertera dengan apik dalam balutan tinta putih perak di sana. Disandingkan dengan nama seorang lelaki, yang tentu saja bukan namanya. Khalid Triangga Dewantara. Sosok yang ia kenal. Teman sekampus dan seangkatannya. Allohuakbar!!! Ia bertakbir dalam kehampaan hatinya. Yang ia juga tidak tahu bertakbir untuk dan atas nama apa.

Kemudian ia menghubungi perantaranya lagi. Meminta tolong untuk yang terakhir kali. Dia ingin menyerahkan seluruh mahar yang sudah ia siapkan kepada mempelai laki-laki, sebagaimana yang Salman al-Farisi lakukan terhadap saudaranya Abu Darda’ saat pinangannya dialihpemilikannya. Namun perantara itu tak meloloskan permintaannya. Untuk kondisi sekarang hal itu malah akan mengeruhkan dan menyulitkan pihak perempuan, katanya memberikan pertimbangan. Dan alasan itu dapat ia terima.
Ia pun menawarkan opsi lainnya. Untuk memberikan kepada kedua mempelai sebagai hadiah pernikahan mereka. Perantara menjanjikan untuk mengusahakan, namun keputusan untuk menerima atau menolak tetap berada di tangan kedua orang yang diberi hadiah itu. Lelaki itu menyetujui, dengan memberikan tambahan opsi lagi. Jika mereka tetap menolak, maka tolong dihadiahkan kepada siapa saja yang mau menerimanya. Dia tidak mau barang-barang itu dikembalikan lagi kepadanya. Kesepakatan pun tercapai. Yang baru empat hari kemudian dia mendengar hasilnya. Perempuan itu menerima kitab tafsir dan mengembalikan yang selainnya. Yang sekarang sudah lunas terdistribusi kepada orang-orang yang Alloh kehendaki untuk menerimanya. Alhamdulillah..hati lelaki itu sedikit lega.
Dan akhirnya, kini sampailah juga ia pada hari yang baginya seperti mimpi. Hari di mana perempuan yang dulu sempat sangat ia yakini akan menjadi pendampingnya, menggenapkan agamanya. Diapun telah bersiap untuk melajukan motornya menuju tempat walimah yang cukup jauh perjalanannya. Teman-temannya mati-matian melarangnya untuk hadir. Mereka khawatir. Teramat khawatir. Bukan kekhawatiran lelaki ini akan melakukan hal-hal yang dapat menggagalkan pernikahan. Bukan itu. Tapi mereka khawatir jika lelaki lembut hati ini tiba-tiba menggegana isaknya pada saat ijab qabul dilisankan sehingga akan menjadi tontonan dan fitnah menarik bagi orang-orang yang tidak tahu duduk permasalahannya. Atau yang lebih mengkhawatirkan lagi, jika ia tiba-tiba pingsan. Atau justru malah perempuan itu, karena melihat lelaki ini menghadiri akadnya dalam kedalaman luka jiwanya. Ya, mereka khawatir jika di hari yang seharusnya dipenuhi senyuman itu malah menjadi hari yang paling banyak menumpahkan air mata nantinya.

Tapi semua kekhawatiran itu sempurna tertepiskan. Lelaki itu datang dengan tenang. Walaupun senyumnya masih enggan untuk dinampakkan. Rautnya datar. Tak banyak bicara. Bungkam. Dan saat ijab qabul diucapkan, airmata menetes di wajah tirusnya. Menganak sungai. Tapi tanpa isakan. Dia menengadahkan kedua tangannya yang bergetar dan dengan khusyu’ mengaminkan setiap doa yang ditujukan untuk kedua mempelai. Yah itulah tujuannya datang ke sana. Mendoakan kebaikan untuk mereka berdua. Agar selamat mengarungi bahtera dunia, hingga menjejak ke Surga.
Setelah akad selesai dia menghampiri pengantin, sebagaimana tamu lainnya. Teman-temannya tentu saja mengiring di belakangnya tanpa ia minta. Dia menjabat erat tangan pengantin lelaki sambil menggumamkan doa keberkahan. Tersenyum walaupun agak dipaksakan. Tak berani dia melihat sosok perempuan yang berada di samping lelaki itu. Hanya menangkupkan tangan dan menganggukan sedikit wajahnya, tanpa melihatnya. Pandangannya tertunduk pada lantai berkarpet merah itu. Berpamitan kemudian segera berlalu pergi.
Hujan yang begitu deras mengguyur bumi, membersamai lelaki itu pulang ke rumahnya. Sengaja ia tak bermantel karena dia berharap deras guyuran air hujan itu akan menghapus segala dosa-dosanya, yang jika dosanya itu menimbulkan jelaga di tubuhnya maka pastilah air itu akan menghitam karenanya. Sepanjang perjalanan itu, airmatanya mengalir tak kalah derasnya dengan hujan yang turun. Hingga jarakpandangnya menjadi begitu sempit. Dia menangis sejadi-jadinya. Menumpahkan segala duka yang selama berminggu lalu hanya menjadi bongkah dalam jiwa.

Berulang surah al-Baqarah ayat 155-157 mendayu dan berkelebat dalam otaknya. Memberikan sensasi ketentraman dan menumbuhkan optimisme untuk melanjutkan kehidupan dengan bara iman yang menaungi jiwa kerdilnya.

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”
Maka kemudian yang terdengar hanya rintihan doa dari lisan si lelaki yang membisik lirih terbias kalah oleh derasnya guyuran hujan.
“Ya Allah, ridhakanlah hati ini atas semua mimpi yang tak menyata. Ikhlaskanlah atas  harap paruh sayap jiwa yang tak mengepak bersama. Ampuni atas segala dosa yang mewarnai hati yang tak mampu hamba hindari. Dan karuniakanlah nikmat dengan pengganti yang jauh lebih baik, bagi diri terutama bagi dakwah dan agama ini. Engkau yang menganugerahkan cinta, maka hanya Engkau juga yang mampu menghapusnya. Mudahkan langkah kaki ini untuk mengayun mantap di jalan-Mu,, seberapapun beratnya dera yang terjadi pada raga. Karena hamba cinta Kau ya Rabb.. Dengan sebenar-benar cinta.. Dan semoga tak ada dusta yang mengaburkan maknanya..
Ya Ilahi, wahai Dzat yang Maha membolakbalikkan hati dan yang menggenggam jiwa,, tetapkanlah hati ini dan genggamlah jiwa ini senantiasa dalam keimanan, ketha-atan, dan kecintaan kepada-Mu, selalu dan selamanya… Selalu dan selamanya… Selalu dan selamanya..”

Dan rintik hujan pun mengamini senandung doa dari tulusnya jiwa..
***

Kamis, 24 Maret 2011

Sosok Wanita Sejati

Wanita ibarat bunga cantik indahnya pada pandangan mata hanya sementara.  Yang kekal menjadi pujaan manusia, hanyalah wanita yang mulia akhlaknya, kerana akhlaq itu umpama bunga diri.. Tiada guna berwajah cantik tetapi akhlaq buruk tiada guna juga berwajah cantik tetapi hati kosong dari ilmu.  Ibarat bunga.. ada yang cantik bila dipandang tetapi busuk baunya.  Ada pula yang kurang menarik dan baunya juga kurang menyenangkan Ada juga bunga yang tidak menarik pada pandangan mata kasar.. tetapi bila dihalusi dengan mata hati, ternyata amat tinggi nilainya. 
Wanita adalah makhluk Allah yang amat istimewa. Kemuliaan dan keruntuhan sesuatu bangsa terletak di tangan wanita. Oleh yang demikian, Allah telah menetapkan hukumnya ke atas mereka, walaupun berat di pandangan mata si jahil dan ingkar tetapi ia adalah kemanisan iman yang dicicip oleh wanita solehah.
Kerana itulah, Sebagai anak, dia menjadi anak yang solehah. Sebagai remaja dia akan menjadi remaja yang berhemah.. sebagai isteri, dia menjadi isteri yang menyenangkan dan menenangkan hati suaminya.. sebagai ibu, dia akan mendidik anaknya dengan penuh kasih saying dan pastinya sebagai hamba Allah, dia akan menjadi hamba yang tunduk dan menyerah diri hanya kepada-Nya. Islam tidak membedakan kedudukan atau darjat seseorang baik mereka wanita atau lelaki melainkan berdasarkan ketaqwaan mereka kepada Allah Firman ALlah dalam surah an-Nisa, ayat 24 yang artinya

Barangsiapa yang mengerjakan amalan yang soleh baik lelaki maupun wanita sedang ia seorang yang beriman maka mereka itu masuk ke dalam syurga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.
Rasulullah saw pernah bersabda yang maksudnya : Harta yang paling berharga di dunia adalah wanita yang solehah. HR Muslim

Wanita Menurut Perspektif Islam
Dalam Islam wanita amat dihormati dan dihargai peranannya. Sebagaimana eratnya hubungan siang dan malam yang saling melengkapi, begitu juga lelaki dan wanita diciptakan untuk saling melengkapi. Setiap lelaki dan wanita memiliki tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban yang berlainan, sesuai dengan fitrah masing-masing. Namun, matlamat hidup setiap lelaki dan wanita adalah sama, yaitu mencari redha Allah (Mardhatillah).
Allah telah berfirman, Barangsiapa yang mengerjakan amalan yang soleh baik lelaki maupun wanita sedang ia seorang yang beriman maka mereka itu masuk ke dalam syurga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. An-Nisaa : 124

Rasulullah juga turut menyuruh umatnya supaya memperlakukan wanita sebaik-baiknya sebagaimana sabda baginda yang maksudnya :
Mereka yang paling sempurna dikalangan mereka yang ikhlas adalah mereka yang mempunyai akhlak yang terbaik dan yang terbaik dikalangan kamu adalah yang paling baik terhadap isterinya. HR At-Tirmidzi
Rasulullah saw telah memerintahkan supaya kaum wanita diperlakukan menurut fitrah ia dijadikan sebagaimana dalam sabdanya yang maksudnya.
Berlaku baiklah terhadap kaum wanita lantaran mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok adalah bahagian yang teratas, jika kamu cuba untuk meluruskannya kamu akan mematahkannya dan jika kamu membiarkannya ia akan tetap bengkok, maka berlaku baiklah terhadap kaum wanita kamu. Al-Bukhary dan Muslim

Terdapat perbedaan diantara pembawaan lelaki dan wanita yang tidak boleh diabaikan. Wanita secara fisiknya lebih lemah dari kamu lelaki, oleh itu mereka tidak dapat melindungi diri mereka dengan kekuatan mereka sendiri. Fitrah telah mengurniakan kepada wanita dua ciri iaitu keteguhan dan rasa malu yang merupakan dua senjata ampuh yang digunakan untuk memelihara diri mereka. Nilai sebenar wanita dalam Islam amat bertentangan dengan apa yang diperjuangkan oleh wanita Barat. Nilai wanita bukan terletak pada pakaiannya yang menonjol, berhias diri untuk memperlihatkan kecantikannya, tetapi hakikatnya ialah pada kesopanan, rasa malu dan keterbatasan dalam pergaulan. 

Wanita menurut perspektif Islam adalah :
Wanita diciptakan sebagai penenteram dan penyenang hati. Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah, Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Ar Ruum : 21

Wanita sebagai sumber kasih, sayang dan kelembutan.
Dan dijadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Ar Ruum : 21
Wanita berperanan melahirkan zuriat dan memberi pendidikan. Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis-jenis kamu sendiri dan menjadikan dari isteri-isteri itu, anak-anak dan cucu-cucu. An Nahl : 72

Wanita Tauladan.. Hayati kisah perjuangan mereka dalam mencari redha ILlahi


PRIBADI WANITA SOLEHAH
Solehah Wanita Sebagai Ibu

KEMULIAAN IBU DLM ISLAM
  1. 2 rakaat solat wanita yg hamil lebih baik dari 80 rakaat solat wanita yg tidak hamil. Wanita yg hamil dpt pahala puasa disiang hari + pahala ibadat dimlm hari.
  2. Wanita yg bersalin dpt pahala 70 thn solat + puasa serta setiap kesakitan pada satu uratnya, Allah bagi satu pahala haji.
  3. Sekiranya wanita meninggal dunia dlm masa 40 hari selepas bersalin ia disamakan sebagai mati syahid.
  4. Wanita yg memberi minum susu badannya kpd anaknya akan dpt 1 pahala drptiap titik susu yg diberikannya.
  5. Wanita yg beri minum susu badannya kpd anaknya yg menangis maka Allah beri pahala satu thn pahala solat + puasa. Kalau wanita menyusui anaknya hingga cukup tempoh 2.5 thn maka malaikat dilangit khabarkan berita bahawa syurga wajib baginya.
  6. Seorang ibu yg menghabiskan masa mlmnya dgn tidur yg tidak nyenyak kerana menjaga anaknya yg sakit mendapat pahala seperti membebaskan 20 org hamba. Wanita yg tidak cukup tidur pada malam hari kerana menjaga anaknya yg sakit akan di ampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya, bila dia hiburkan hati anaknya Allah beri 12 tahun pahala ibadat.
Kelebihan Wanita

Allah Yang Maha Bijaksana telah menciptakan manusia dgn sebaik-baik kejadian.Dan Dia telah menjadikan hambanya itu berpasang-pasangan. Lelaki dan  wanita yg saling memerlukan. Sebahagiannya menjadi pembantu kpd sebahagian yg lain. Kemuliaan manusia hanyalah dlm agama sejauh mana mereka dpt mentaati perintah Allah dengan cara Nabi s.a.w. Allah telah mengurniakan kepada wanita dengan berbagai kelebihan. 

Syarat untuk wanita masuk syurga
begitu mudah. Anas bin Malik meriwayatkan bahawa Nabi s.a.w bersabda :
Seorang wanita yg mengerjakan solat 5 waktu, berpuasa wajib sebulan,
memelihara kemaluannya serta taat kpd suaminya maka pasti dia akan masuk
syurga dari pintu mana saja yang dikehendakinya. (HR Abu Nuaim

Wanita Cantik Dunia Akhirat



Seorang teman pernah mengatakan, kriteria calon isterinya: shalihah, cerdas, kaya dan cantik. Sebuah hadist juga mengemukakan, seorang perempuan dipinang karena kecantikannya, hartanya dan keturunannya. Tapi pinanglah perempuan karena keshalihannya. Itu yang utama. Saya sepakat dengan hadist tersebut. Perempuan yang shalihah, insya Allah cerdas. Ketika seorang perempuan cerdas, harta bisa dicari. Bila harta sudah di tangan, kecantikan bisa dibeli. Pilih satu, dapat tiga.


Namun, bila kita tinjau ulang, pemikiran akan kriteria calon isteri tersebut cenderung egois. Tidak memandang dari banyak sisi. Hanya memandang pernikahan dari segi manfaat untuk diri sendiri. Tidak untuk keluarga, sahabat dan lingkungan sekitar. Padahal menikah adalah penyatuan dua organisasi besar; keluarga, membentuk organisasi baru. Banyak pihak yang bisa terpengaruh dan mempengaruhi pra dan pasca pernikahan.


Jika kita berkaca, mengevaluasi. Melihat, mencari kelebihan dan kekurangan diri. Niscaya kita akan menemukan berbagai fakta; kita juga punya banyak kekurangan. Lalu, pantaskan bersibuk ria dengan segala macam kriteria? Sedang diri sendiri mungkin tak bisa memenuhi segala kriteria impian oleh calon pasangan. Seseorang berharap mendapat perempuan shalihah, namun apakah dia cukup shalih untuk berdampingan dengan perempuan shalihah. Ia ingin perempuan cerdas, tapi apakah ia cukup cerdas untuk mengimbangi kecerdasannya? Ia ingin perempuan berharta, tapi seberapa banyak harta yang dapat dia berikan, untuk ‘membeli’ sang calon dari ayah-bundanya. Dan ketika ia ingin perempuan cantik, apakah ia sendiri cukup gagah, tidak jomplang, saat bersisian dengannya? Tidakkah keinginan si lelaki terlalu berlebih?


Dari kisah cinta para Nabi, sahabat dan para syuhada, ada sejumlah fakta: tangan Allah selalu bermain. Kisah cinta Muhammad-Khadijah, Yusuf-Zulaikha hanyalah sebagian kecil contoh. Keikhlasan menggenapkan separuh agama pasti akan mendapat anugerah luar biasa; seorang isteri penghuni taman surga. Segala hambatan pernikahan hanyut karena ibadah yang khusu, penghambaan yang sangat padaNya. Manusia hanya berusaha, hasilnya terserah pada Yang Kuasa.


Hendaknya seorang lelaki berusaha melihat dari banyak sisi, ketika datang seorang calon isteri padanya. Segala identitas standar bukan pertimbangan utama. Serahkan saja padaNya. Meminta petunjuk lewat shalat istikharah. Apakah perempuan itu orang yang tepat? Apakah si calon pasangan dunia akhirat? Hanya Allah yang tahu, kan?


Lelaki manapun bisa saja berharap: Semoga calon isteri yang datang padaku adalah perempuan shalihah. Bila belum shalihah, haruslah dia mengajak, meningkatkan pemahaman agama, terus memperbaiki diri. Menghiasi rumah tangga dengan amalan wajib dan sunnah. Menggapai sakinah. Semoga perempuan yang datang padaku cerdas. Jika belum cerdas, mestilah dia yang mengajar dan belajar dari pasangannya. Mencari ilmu baru, terutama ilmu rumah tangga. Tentang harta, boleh saja meminta: datangkanlah padaku calon isteri yang berharta. Tetapi ingatlah, harta adalah cobaan, tak banyak orang yang bisa tetap rendah hati, menunduk-nunduk ketika punya harta. Lagipula harta gampang dicari. Soal kecantikan, wajar lelaki normal ingin mendapatkan isteri cantik. Tetapi bukan hanya cantik lahir, batinnya juga harus cantik. Yang menjadi pertanyaan, standar apakah yang akan digunakan untuk menilai seorang perempuan cantik. Standar dunia atau standar surga? Standar dunia menekankan kecantikan maya. Mengandalkan costmetik. Kecantikan abadi, keindahan hingga akhir hayat dan di akhirat kelak, itulah yang seharusnya dicari. Terserah cantik atau tidak kata dunia, yang penting isteri bisa selalu menarik di mata, di hati. Menjadi telaga sejuk, pohon teduh di terik siang. Standar cantik ini sifatnya personal. Orang lain memandang biasa, tapi luar biasa menurut sang suami.


Perempuan manapun yang datang pada seorang lelaki, sudah sepatutnya ia melepas kacamata kekinian. Menggunakan kacamata masa depan dan kacamata banyak orang untuk menilai. Mungkin banyak keindahan calon pasangan yang sengaja disimpan olehNya. Allah ingin mengujinya, apakah dia cukup shaleh, cukup ikhlas, cukup bersabar untuk mendapatkan pasangan sejati.


Pasti ada keraguan saat menimbang. Maka dari itulah perlunya mengetuk nurani sahabat, saudara, kakak, orang tua, mereka yang lebih berpengalaman. Calon suami dapat bertanya, apakah perempuan begini akan begini-begini? Ia bisa minta tepukan tangan di pundak, pelukan, dan untaian mutiara. Agar sang lelaki yakin, mantap. Semoga setelah itu, dia betul-betul siap, menggenapkan separuh agama, mengapai sakinah. Memberatkan bumi dengan generasi yang menjunjung tinggi kalimat La Illa Ha Illallah.